Daftar Blog Saya

  • SLIDER-1-TITLE-HERE

    Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com [...]

  • SLIDER-2-TITLE-HERE

    Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com [...]

  • SLIDER-3-TITLE-HERE

    Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com [...]

  • SLIDER-4-TITLE-HERE

    Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com [...]

Minggu, 29 Juli 2018

Kekasihku

Posted by riswan on 23.30

Kekasih
Kian fajar menyinsing di ufuk timur
Perlahan hangat menyentuk sekujur tubuhku
Ku sangsikan seraya kutundukkan kepalaku
Tuhan
Tiadakah Kau sia-sia mencipta ini
Padahal sumbar mahklukmu 
Aku bersemayam di hati yang selalu merenungkan-Ku

Jumat, 08 Maret 2013

idealis cinta dan matrealis cinta

Posted by riswan on 18.15

tak sepenuhnya apa yang kita tulis itu menjadi orang lain itu paham dan tak ada jaminan juga apa yang tulis orang lain membuat kita paham. maka disilah dialektika itu perlu. berangkat dari universalis sebuah hubungan, Sejarah cinta manusia
Aku bukanlah tipe orang yang suka memaksakan kehendak orang lain. Aku hanya menjelaskan sekali saja, itupun tak bermaksud agar ia mengikutiku, mengikuti kehendakku. Aku hanya memaparkan berbagai pilihan, biarlah ia yang memilih, karena bila kau yang memilihkannya, dan mengharuskan ia sama denganku, ini berate aku telah sedang membatasi kebebasan orang lain. Padahal setiap anak manusia punya hak dan kebebasan masing-masing. Hal ini berlaku kepada kekasihmu. Jika kamu kesulitan menghubungi, setiap kali menghubungi tanpa ada kesan yang mendalam atau setiap kali menghubungi ia dalam kesibukannya, jangan terlalu buru-buru untuk berpikir yang bodoh. Biarkan kekasihmu tidak menghubungimu, maka biarkanlah, biarkan dia mencari kedamaian, biarkan dia yang memulai menghubungimu. Cinta itu adalah timbale balik, bukan searah dan cinta itu bukan suatu paksaan. Pernah suatu ketika cinta itu kami paksa tapi yang terjadi diantaranya malah ada sifat keterlaluan. Dari sinipun kita dapat bisa belajar, bahwa hubungan cinta itu bermacem-macem, tak sama satu dengan yang lainnya. Toh jika ada yang sama itu adalah suatu kebetulan saja. Maka biarkanlah mengalir apa adanya. Pasti, jika suatu saat cintanya tumbuh ia akan menghubungimu. Kapan saja dan dimana kamu berada. Kamu jangan memaksa dia untuk selalu menghubungimu. Jika kamu mengatur-atur kehidupannya bukan kenangan yang menginspirasi yang akan kamu dapatkan, melainkan mala petaka yang akan didapatkannya. Sebenarnya cinta adalah kesucian. Bicara soal sucitak perlu banyak aturan, cukup jalani saja. Dan inilah idealism cinta.
Cinta anak muda yang sejati beasal dari cinta orang tua yang diajarkan turun temurun. Sejak pertama kali manusia lahir, ia telah disibukan dengan berbagai macam keperluan untuk menyambut kedatangan si mungil itu, hal ini menjadi bagian yang tak bisa terlupakan bahwa kegembiraan mereka secara bawah sadar mempengaruhi kegimbiraan si bayi tersebut. lambat laun karena perjalanan waktu, si mungil yang dulunya kecil, yang dulunya masa kecil dengan penuh kebahagiaan dengan cinta orang tuanya yang selalu mendampingi kemana ia pergi, berubah menjadi kebimbangan karena si anak itu melihat anak yang seusianya lahir tanpa orang tua dan menjadi gelandangan, tanpa sekolah dan tanpa tempat tinggal. Anak itu merenung dalam kesendiriannya, dimankah cinta itu hadir. Bisakah cinta hadir tanpa orang tua. Sampai menginjak di Usia remaja, anak ini jatuh cinta kepada seorang perempuan cantik, lugu dan masih kedesaan. Dijalaninya hubungan cinta kepada si cantik ini, awal mula mereka menetapkan hari jadi penuh dengan kebahagiaan. Kata salah satu pasang “aku benar-benar merasakan cinta”. Dijalninya waktu, sampai kurang lebih tiga bulan mereka menjalin asmara, hubungan mereka tanpa beban. Manginjak bulan ke empat, sepertinya ada yang aneh dan benar-benar terjadi, dianta mereka sudah mulai ada rasa kecemburuan, komunikasi sudah mulai renggang, dan diantanya ada yang suka menuduh-nuduh. Kepercayaan mulai kurang serta setiap kali diucapkan kata “bahwa aku saying kamu” tak mempan untuk menggantikan kepercayaan itu. paginya baik-baik saja, sorenya mereka bertengkar. Dari hal yang sepele menjadi hal yang lebih rumit dan kadang menjadi hal yang lebih besar. beberapa filosofi telah mereka hadirkan bahwa kehidupan orang becinta tak selamanya mulus. Kadang kita harus berlaku seperti kayu kepada api, rela menjadi demu untuk terbang dengan kediaman, seperti mendung kepada hujan, belum sempat ia berkata sudah menjadi air. Perjalan cinta tak semudah dibayangkan, disini butuh perjuangan untuk mempertahankannya. Karena tanpa perjuangan itu kamu akan merakan kesakitan yang tak ada duanya, bila kamu tinggalkan sang kekasih. Dan inilah Matrealisme hubungan cinta.

Rabu, 07 Maret 2012

CITA CITA MADANI

Posted by riswan on 19.49


Pendahuluan
Sebagai mana pengembang masyarakat harus mempunyai tujuan ( cita-cita ) masyarakat yang kelak akan menjadi masyarakat yang sesuai dengan rasa aman, damai, tentram, hidup berkecukupan, dan ang paling pokok menjalankan perintah agama. Tidak mudah memang mewujudkan semua impian itu, karena didalam masyarakat itu beragam cita-cita ( kepentingan ) dan taraf ilmu pengetahuan yang dimiliki juga berbeda. Ilmu pengetahuan yang berbeda dalam masyarakat seharusnya menjadi keunggulan tersendiri, sebab dari bermacam ilmu yang dimiliki yang bermacam akan menghasilkan kerya yang unik-unik mulai dari hasil pekerjaan sampai pada tata cara berprilaku, karena ilmu pengetahuan juga mempengaruhi tindakan yang berbeda-beda dalam masyarakat, namun disini malah menjadi semacam batu sandungan, perbedaan ilmu pengetahuan akan menigkatkan taraf produktofitas jika level pendidikan itu tinggi, semisal dalam masyarakat itu rata-rata lulusan sarjana akan menghasilkan masyarakat yang produktif. Berbeda dengan level masyarakat yang rata-rata tamatan sekolah dasar, perbedaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya malah akan menjadikan masyarakat itu mandul tidak mempunyai daya gedor untuk maju. Karena pada level semacam ini keadaan masyarakat itu selalu tergantungan, lebih mengandalakan tenaga fisik dari pada tenaga berfikir. Pada level sekolah dasar ini ada orang yang bisa kaya dan hidup dengan nyaman dikarenakan mulanya orang itu mempunyai keuletan dalam bekerja. Maka dari itu untuk mewujudkan masyarakat yang di impikan adalah pertama harus meningkatkan taraf ilmu pengetahauan, kedua meningkatkan pemahaman keagamaan, ketiga keterampilan. Dengan bertumpu pada ketiga pilar itu maka cita-cita masyarakat dalam surat surat saba’ ayat 15 dapat terwujud yaitu “ sungguh, bagi kaum saba’ ada tanda ( kebesaran Tuhan ) ditempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan disebelah kiri, ( kepada mereka dikatakan ), ‘makanlah olehmu dari rezeki yang ( dianigrhakan Tuhanmu ) dan besukurlah kapadaNya. Negrimu adalah negri yang baik sedang tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Pengampun’.”



Masyarakat yang berpendiddikan tinggi dan berakhak baik
“ sesunggunya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebalum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”. ( QS : ar rad’ ayat 11 ). Pendidikan adalah sarana dimana SDM akan ditempa, jika mengacu pada cita-cita menjadikan masyarakat yang berpendidikan tinggi serta mempunyai ahklak yang baik maka ada dua orientasi pendidikan yang perlu untuk dicapai, pertama sekolah ditempat formal, kedua pendidikan non formal seperti pindidikan pesantren. Baik itu sekolahan yang “umum” maupun yang “khusus” keduanya adalah kawah condro dimuko ibarat dalam pewayangan, karena dari situlah ilmu pengetahuan akan didapatkan.
Kedua type pendidikan itu sangat penting, pendidikan formal diharapkan dapat melahirkan orang-orang yang sesuai dengan tuntutan zaman, menjadi manusia yang tidak ketinggalan dengan manusia yang berada di Negara-negara maju. Ini dapat ditempuh dengan mengikuti sekolah yang telah diselenggarakan oleh Negara, mulai dari TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan melanjutkan keperguruan tinggi.
Guna mengantisipasi kemlorotan akhalak maka pendidikan di pesantren juga sangat diperlukan, jika hanya mengandalkan pendidikan formal mengikuti seperti yang diselenggarakan pemerintah maka tindakan itu belum cukup. Hal semacam itu malah akan menimbulkan kekhawatiran yang mendalam, dan tindakan yang hanya mementingkan keuntungan diri sendiri. Sebagaimana pendidikan dipesantren sangat identik dengan pendidikan ahklak, sebab salah satu kitab yang diajarkan adalah kitab yang mengupas akhlak rosulullah. Dari sinilah akan lahir manusia yang mempunyai jiwa saling menyayangi antar sesama manusia.
Dari QS ar-rad’ ayat 11 adalah ayat untuk mendukung ketercapaian cita-cita itu, bahwa cita-cita itu dapat harus dilakukan oleh masyarakat setempat dengan kata lain jika ada fasilitator yang ingin mewujudkan harapan masyarakat “berpendidikan tinggi dan berahklak baik” alangkah baiknya fasilitator yang berasal dari masyarakat setempat, karena orang yang bertempat tinggal bersama dengan msyarakat akan lebih tahu bagaimana permasalahan yang telah dihadapi. Dan ini sebagai pengamalan bahwa suatu kaum akan berubah jika dari kemauan kauim itu sendiri, seorang fasilitator bisa mewujudkan cita-cita itu jika fasilitator yang berasal dari masyarakat setempat.
Bentuk Negara yang ideal
Sebenarnya semua bentuk Negara itu mempunyai kelebihan dan kekurangan, tergantung dari pemimpin sebagaimana memimpin, manajemen sebagaimana mengelola, rakyat sebagaimana mengamalkannya. Tidak memandang apakah bentuk Negara itu islam maupun non islam, sebab Negara yang menganut ideology islam tidak menjamin ketentraman, sebagaimana terjadi di Negara timur tengah seperti Mesir, Tunisia, suriah terjadi gejolak yang ujung-ujungnya para pemimpin tersangkut KKN. Padahal ideologinya sudah baik tetapi manusianya tidak menjalankan dengan baik aturannya maka penyelewengan yang terjadi, dan kekacauan dalam pemerintahan itu tidak hanya terjadi di Negara yang bernoyabe Islam di non islam juga terjadi permasalahan.
Negara akan mempunyai dampak pelanggaran yang kecil jika bentuk Negara tersebut sesuai dengan kultur budaya masing-masing, jadi setiap Negara harus berdasarkan nilai-nilai luhur yang pertama dan yang sudah menjelma menjadi jati diri. Seperti dalam (QS almaidah ayat 66) “ an sekiranya mereka menjalankan dengan sungguh-sungguh (hukum ) Taurat, Injil, Al-Qur’an yang diturunkan kepada mereka dari tuhannya , niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki meraka. Disekelompok mereka ada sekelompok yang jujur dan taat. Dan banyak diantara mereka yang sangat buruk apa yang mereka kerjakan”
Bentuk Negara Indonesia itu sudah ideal di lihat dari panca sila yang menawarkan lima sila untuk dijadikan landasan dalam mengambil suatu kebijakan, Cuma kurang serius aja dalam pengamalannya. Seprti sila pertama “ ketuhanan Yang Maha  Esa”, orang yang tinggal di Indonesia dan sudah menjadi rakyat Indonesia berkewajiban mempunyai Tuhan atau dengan kata lain harus mempunyai agama, orang yang mempunyai agama harus menjalankan perintah agama sebagai wujud pengamalan, apabila ada orang yang mengaku beragama tapi tidak mangamalkan agama berati orang tersebut tidak mempunyai agama dan orang seperti ini seharusnya tidak diperbolehkan menjadi bagian rakayat indonesia. Apabila orang tersebut memeluk agama islam maka hukum yang berlaku itu tidak hanya hukum pemerintahan melainkan harus ditambah dengan hukum agama yang ia peluk ( hukum islam ). Semisal dalam agama tersebut terdapat perintah untuk menjalankan solat maka dalam bagian tertentu Negara harus memperhatikan sudahkan rakyat Indonesia yang beragma islam sudah menjalankan perintah tersebut apabila belum menjalankan berati pemerintah harus berkewajiban mengurusnya.

gender dan trASFORMASI

Posted by riswan on 19.46


Seks, Gender, dan Feminisme
Oleh ; riswantoro[1]
A.     pendahuluan
Ketika sepasang manusia pada kondisi tertentu, sang istri sedang mengandung selama Sembilan bulan, yang terlintas dalam pemikiran pasangan itu adalah akan lahir laki-laki atau perempuankah anak kami kelak. Sepintas dalam realita masyarakat sebalum cabang bayai atau manusia itu dilahirkan didunia sudah ada konsep ruang pemisah antara laki-laki dan perempuan. Konsep seperti yang kemudian menjadikan batasan-batasan yang harus ditanggung oleh seorang laki-laki atau perempuan dalam menjalani kehidupan ini.
Seperti yang terlihat ketika pada waktu anak itu lahir didunia dan didapati  anak itu adalah laki-laki dalam penyebutan mereka, si Ibu atau Bapak menyetujui bahwa kelak kalau anaknya sudah besar Ia akan bekerja sebagai oenyandang kebutuhan keluarga dan menjadi seorang ayah yang memimpin anak dan istrinya (keluarga). Begitupun kalau yang lahir adalah seorang bayi perempuan  yang cantik dan lembut, anakku besok kalau sudah berkeluarga, kelak akan menjadi seorang ibu yang taat kepada perintah suami, merawat anak-anak dan meladeni seorang suami yang baru pulang dari bekerja.
Menamai seseorang dengan label laki-laki atau perempuan tidak lebih merupakan keputusan yang bersifat sosial. Kita bisa saja menggunakan bantuan pengetahuan ilmiah untuk membuatanya masuk akal, namum hanya kepercayaan  gender kitalah dapat mengidentifikasikan jenis kelamin  kita. Bahkan, sejak awal mua, kepercayaan gender mempengaruhi pengetahuan yang dicapai oleh para ilmuan[2].
Lalu apakah yang membuat apa yang membuat seseorang itu disebut sebagai sebutan laki-laki atau perempuan. Seperti tidak masuk akal jika laki-laki itu identik dengan tubuh besar dan kekar, bagaimana dengan seorang wanita yang sering latihan olahraga dan mengkonsumsi suplemen sehingga terbantknya badan yang seperti laki-laki itu dapatkan, mempunyai badan yang besar dan kekar dan bahkan lebih kuat. Apakah sebutan untuk orang perempuan itu yang mempunyai bentuk yang sama dengan laki-laki itu? Ada juga yang mengidentifikasi kalau laki-laki itu mempunyai alat reproduksi yang disebu dengan penis, sedangkan untuk perempuan mempunyai alat reproduksi yang disebut dengan vagina (klitoris). Pertanyaannya, apakah perbedaan alat reproduksi itu mempengaruhi semua perbedaan-perbedaan antara sebutan laki-laki dan perempuan?
Siapakah laki-laki itu? Dan siapakah perempuan itu?
Mengapa dia disebut laki-laki? Dan mengapa pula dia disebut sebut sebagai perempuan?
Apakah yang melatar belakangi adanya penyebutan laki-laki dan perempuan itu
B.      Seks
Seks dan kodrat adalah sesuatau yang tidak bisa dipisahkan dari manusia, itu ada ketika manusia ada, Sebelum membahas lebih jauh mengenai seks perlu untuk dipaparkan pendapat para ahli definisi tentang seks, Falah (1997:7-9) seks atau jenis kelamin secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat atas manusia[3]. Sedangkan Waryono()kodrat adalah segala sesuatu yang ada pada laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh Allah dan manusia todak mengubahnya atau menolaknya. Seks adalah perbedaan anatomi laki-laki dan perempuan, dalam komposisi kimia dan hormone dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik lainya[4].
Dari pendefisian diatas sudah cukup jelas bahwa jenis kelamin atau seks adalah perbedaan yang ada pada manusia karena komposisi kimia yang dikandungnya, dan bersifat tetap, tidak bisa berubah-ubah. Proses dari munculnya perbedaan sek pada manusia itu adalah dalam bidang biologi yang dikenal dengan kromosom, yaitu senyawa yang membawa sifat menurun. Tepatnya pada kromosom seks, jika pada laki-laki bentuk kromosomnya adalah (XY), sedangkan perempuan memiliki kromosom (XX), dimana kromosom X pada laki-laki jika bertemu atau mengalami pembuahan dengan kromosom X pada perempuan akan terbentuk seks atau alat kelamin yang disebut dengan vagina (klitoris), berbeda dengan kromosom X pada perempuan jika bertemu dengan kromosom Y pada laki-laki dan mengalami pembuahan akan membentuk jenis kelamin yang dinamakan penis, dan perbedaan seks ini pada bidang biologi dijadikan alat untuk memisahkan mahkluk hidup (manusia dan hewan).
Perbedaan dalam seks belum sepenuhnya mampu membedakan manusia dalam jurang pemisah karena perbedaan ini hanya terletak pada anatomi, endokrim, dan kromosom, dan secara kemampuan tidak ada perbedaan yang signifikan. Perbedaan sifat agresif yang timbulkan dari seorang laki-laki adalah karena adanya hormone testosteron[5] sedangkan pada perempuan tidak ada hormone itu, sehingga sifat peremuan cenderung lembut atau menjiwai perasaannya. Hasil penelitian W.O. Joslyn membuktikan  ketika monyet betina berusia muda diberikan unsur testosteron maka monyet itu lebih agresif[6].
C.      Gender
Apa itu gender?
Apakah sama antara gender dengan jenis kalamin?
Falah (1997;7-9), Gender (pemisah) adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau cultural, melalui ajaran keagamaan maupun system Negara[7]. Sedangkan menurut Waryono Gender adalah perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan yang titik beratnya pada prilaku, fungsi peranan masing-masing yang ditentukan oeh jebiasaan masyarakat  dimana Ia berada atau konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya[8].
            Dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu keadaan atau konstruksi yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan baik desengaja maupun tidak disengaja, atau dengan kata lain bahwa gender adalah sesuatu yang bisa ditukar, maksudnya adalah selama laki-laki menggunakan atau mengerjakan yang biasanya dipakai atau dikerjakan perempuan, begitun sebaliknya, dengan tanpa menimbulkan masalah, semacam itu sudah sewajarnya untuk dibiarkan dan tak perlu untuk dicari-cari permasalahannya. Semacam itu adalah bentuk kesetaraan gener dari manusia bahwa manusia perempuan atau laki-laki juga mampu menggunakan dan mengerjakan yang tak biasa mereka kerjakan.
            Misalnya saja didalam keluarga ketika pagi-pagi, sang ayah langsung membersihaka piring yang semalam habis makan malam tidak langsung dicuci, kemudian Ia langsung masak untuk menyiapkan sarapan pagi, sementara sang ibu membersihkan kendaran dari debu-debu yang menempel yang ada didepan rumah. Pemandangan yang tidak biasa terjadi dimasyarakat, yamg biasanya sang ayah yang mengurusi kendaraan dan sang ibu yang mencuci piring dan memasak untuk sarapan pagi.
            Umumnya yang terjadi dimasyarakat adalah terjadi keidak adilan (bias) antara laki-laki dan perempuan, dan itu sudah terkonstruksi sejak calon bayi itu terlahir didunia ini, diawal makalh ini telah dijelaskan mengenai konsep penamaan anak yaitu laki-laki ataukan perempuan, perlu untuk dipertegas lagi bahwa laki-laki dan perempuan adalah kita-kita ini, agama dan konstruksi (sosial) masyarakat yang membagi manusia itu menjadi dua sebutan dimana itu menguntungkan disalah satu pihak, dan pihak yang satu dirugikan. Sperti seorang istri yang menjadi pengurus rumah tangga, dan suami sebagai pemimpin keluarga. Disini menjadi seperti ada kekuasaan dibawah kekuasaan, terkesan posisi suami sebagai superior, dan intri manjadi inferior yang tunduk pada superior.
            Beberapa klasifikasi gender :
1.      Atribut gender yaitu aksesoris biologis yang membedakan antara bayi laki-laki dan perempuan yang baru saja lahir, laki-laki mempunyai alat kelamin yang disebut sebagai penis, sedang perempuan mempunyai alat kelamin yang disebut dengan vagina (klitoris).
2.      Identitas gender yaitu kekhususan yang melekat pada anak berdasar jenis kelamin, contoh : umumnya seorang anak laki-laki cenderung menggunakan peranan yang mengkosepkan kepada pekerjaan yanag keras seperti sopir, seperti menggunakan mainaan truk-trukkan, dan perempuan menggunakan pakaian yang berwarna pink, bermotiv bunga-bunga dan menggunakan mainan boneka.
3.      Beban gender yaitu peranan dan nilai budaya yang melekat pada jenis kelamin, contoh; laki-laki dikonsep menjadi seseorang yang akan mengurusu permasalahan perekonomian, perempuan lebih ditekan pada seorang calon ibu rumah tangga.
4.      Peran gender yaitu peranan sosial yang ditentukan oleh perbedaan jenis kelamin, laki-laki cenderung superior, perempuan cenderung inferior.

D.     Feminisme
Feminisme menurut Geofe (Sugihastuti,2000;37) ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan permpuan dibedang politik, ekonomi, dan sosial atau kegiatan organisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Dapat diartikan juga bahwa perbedaan alat reproduksi bukanlah semata-mata pembeda antara laki-laki dengan perempuan, tidak ada perbedaan yang signifikan antara alat reprodulsi yang dimiliki manusia. Didalam kelanjutannya yang menimbulkan feminism muncul adalah adanya sifat patriarki[9] pada kaum lelaki. Sifat patriarki ini yang menjadikan gerakan-gerakan feminis timbul diberbagai daerah, khussunnya daerah yang aspirasi perempunnya sangat rendah. Adapun sifat-sifat patriarki sebagai berikut;
1.      Terjadinya monopoli laki-laki dalam mengontrol produktivitas
Pengontrolan itu terjadi baik didalam luar rumah tangga maupun di dalam rumah tangga, seperti laki-laki memberikan pekerjaan yang sianggapnya cocok dan layak untuk perempuan, pekerjaan yang menjadikan perempuan itu sulit atau tidak leluansa bergerak(semua pekerjaannya harus mendapat control dari laki-laki). memasak, menjaga anak-anak, dan melayani kebutuhan keluarga.
2.      Laki-laki mengontrol daya reproduktivitas perempuan
Dalam banyal hal ditempat yang kita berada perempuan seakan menjadi orang yang tidak berdaya, laki-laki menjadi raja dalam keluarga, yang mana raja itu berhak mengatur apa yang menjadi keinginan raja, seperti menentukan berapa jumlah anak, jarang atau tidak pernah laki-laki itu mendiskusikannya kepada pihak perempuan, sehingga yang terjadi adalah, perempuan harus menaggung anak-anak yang jumlahnya sangat banayak dan belum lagi keadaan sang perempuan ketika melahirkan anak-anak yang banyak itu.
3.      Laki-laki mengontrol daya seksualitas perempuan.
Perempuan diharuskan mampu memberikan pelayanan yang paling baik ketika laki-laki meminta untuk melakukan “hubungan”, kebiasaan yang serung terjadi adalah tolok ukur itu hanya berlaku untuk laki-laki dan tidak untuk perempuan. Ketikka laki-laki menginginkan “ hubungan” maka, laki-laki itu jarang sekali memperhatikan kondisi perempuan, apakah dalam keadaan fit atau tidak, sehingga yang terjadi perempuan jarang sekali mendapatkan kepuasaan “berhubungan”.
4.      Perempuan dikontrol untuk berinteraksi sosial
Laki-laki sangat membatasi sekali ketika perempuan melakukan interaksi sosial, alasan yang dikemukakan adalah untuk menghindari kecemburuan dan perselingkuhan. Alasan itu bisa saja diterima, karena sebagai antisipasi agar rumah tangga tetap harmonis, akan tetapi tidak melarang sepenuhnya perempuan itu untuk  berkomunikasi dengan orang lain.
5.      Laki-laki mengontrol harta milik dan sumber daya ekonomi
Di masyarakat yang terjadi adalah laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ibu rumah tangga, dan yang terlihat adalah laki-laki memimpin perekonomian yang ada dalam keluarga. Ini terlihat ketika ketika keluarga kekurangan biaya semisal untuk menyekolahkan anak-anaknya maka yang pertama dimintai uang adalah laki-laki, terlihat sekali bahwa laki-laki sebagai sumber kebutuhan. Belum lagi ketika terjadi pembagian harta milik, yang terjadi dalam realita adalah bagian perempuan hanya mendapat satu bagian sedangkan pihak laki-laki mendapat dua bagian, dan itu sudah membudaya sejak dulu.
Ada hubungannya feminis dengan partriarki, yang mana  gerakan-garakan feminis itu muncul ketika superioritas atau dominasi laki-laki itu terjadi dalam berbagai bidang dan berbagai kelas, mulai dari pekerjaan personal sampai pekerjaan yang dikelola pemerintah. Laki-laki lebih mendomonasi pekerjaan-pekerjaan sehingga perempuan termarjinalkan(terpinggir) kurang mendapat hak untuk menyampaikan suaranya. Feminisme  itu juga dapat dibagi menjadi tiga kelompok kata yaitu;
1.      Feminisme liberal
Apa itu feminisme liberal? Adalah proses untuk memperjuangkan agar perempuan itu  itu mencapai persamaan hak-hak yang legal secara sosial dan politik. Comtonya adalah terlihat lebih gamblang pemimpin yang memegang kekuasaan negara mayoritas adalah laki-laki, dan yang diduduki perempuan adalah tak lebih dari 15%. Fenomena inilah yang ingin diperjuangkan oleh teori feminisme liberal, agar secara legal (kasat mata) itu pemegang pemerintahan itu sama antara laki-laki dengan perempuan 50%:50%.

2.      Feminisme radikal
Berbeda dengan feminisme liberal, feminisme radikal menganggap bahwa perbedaan gender bisa dujelaskan melalui perbedaan biologis atau psikologis antara laki-laki dengan perempuan, seperti menurut Bhasin; “feminisme radikal muncul karena kekuasaan laki-laki atas kaum perempuan, yang didasarkan pada pemilikan dan control kaum laki-laki atas kapasitas reproduktif kaum perempuan, telah menyebabkan  penindasan pada perempuan. Hal ini mengakibatkan ketergantungan perempuan secara fisik dan psikologis kepada laki-laki[10].
Dari teori ini dapat dijelaskan bahwa kaum perempuan juga menentukan proses “hubungan” antara keduanya, kehidupan rumah tangga harus ditanggung dengan kebersamaan tidak boleh menjadikan laki-laki itu sebagai superioritas dalam keluarga.
3.      Feminisme sosial
Secara sederhana teori ini adalah gabungan dari teori feminisme liberal dan feminism radikal, dalam teori ini bahwa perempuan adalah sebuah kelas yang telah termarginalkan (dipinggirkan) oleh struktur sosial, dan kontruksi sosial itu yang membungkus ketidak berdayaan perempuan, dalam teori ini menghimbau agar kaum perempuan bersatulah melawan penindasan yang sibentuk dari konstruksi sosial. Teori ini memberikan jalan keluar bahwa kalau kaum perempuan ingin terbebas dari keterasingan public maka jalan yang harus dilakukan adalah dengan bersatu kaum perempuan membuat komunitas yang didalamnya memperjuangkankan hak-hak kaum perempuan.
Teori ini disinyalir dari konsep karl marx yang melawan kapitalis, yang hanya menguntungkan segelincir atau sekelompok orang.

E.      Daftar Pustaka

Sugihastuti, Gender dan Inverioritas Perempuan: Praktek Kritik Sastra Feminis / Sugihastuti ; Itsna Hadi saptiawan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.

Nasaruddin Umar, Bias Gender : Dalam Pemahaman Islam, Gama Media, Yogyakarta, 2002.

Waryono abdul G, Tafsir Sosial, Mendialogkan teks dengan konteks, EISQQ Press, 2005.


[1]  , Mahasiswa PMi semester empat 10230029
[2] . Sugihastuti, Gender dan Inverioritas Perempuan: Praktek Kritik Sastra Feminis / Sugihastuti ; Itsna Hadi saptiawan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, halaman 6.
2. Sugihastuti, Gender dan Inverioritas Perempuan: Praktek Kritik Sastra Feminis / Sugihastuti ; Itsna Hadi saptiawan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, halaman 95
[4] Waryono abdul G, Tafsir Sosial, Mendialogkan teks dengan konteks, EISQQ Press, 2005, Halaman 103.
[5] Hormone testosteron adalah hormone yang dimiliki oleh seorang laki-laki yang dapat memicu atau menimbulkan sifat agresif pada manusia.
[6] Nasaruddin Umar, Bias Gender : Dalam Pemahaman Islam, Gama Media, Yogyakarta, 2002, halaman 24
[7]  . Sugihastuti, Gender dan Inverioritas Perempuan: Praktek Kritik Sastra Feminis / Sugihastuti ; Itsna Hadi saptiawan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, halaman 95

[8]   Waryono abdul G, Tafsir Sosial, Mendialogkan teks dengan konteks, EISQQ Press, 2005, Halaman 102.
[9]  Patriarki menurut basin adalah sebuah system dominasi dan suproiritas laki-laki, system control terhadap perempuan, dalam mana perempuan dikuasai. Dalam patriarki melekat ideology yang menyatakan bahwa laki-laki lebih tinngi dari pada perempuan, bahwa perempuan harus dikontrol oleh laki-laki dan bahwa perempuan adalah bagian dari milik laki-laki. Sugihastuti, Gender dan Inverioritas Perempuan: Praktek Kritik Sastra Feminis / Sugihastuti ; Itsna Hadi saptiawan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, halaman 93.
[10]  Sugihastuti, Gender dan Inverioritas Perempuan: Praktek Kritik Sastra Feminis / Sugihastuti ; Itsna Hadi saptiawan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, halaman 97.

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site

 
  • Blogroll

  • Consectetuer

  • Popular

  • Comments